About Me

Foto saya
Halow semua... Salam kenal dari deQuin...

Hidup Seperti Naik Sepeda

Minggu, Maret 02, 2008 0 komentar

Beberapa hari lalu saya menemukan artikel ini di kamar, saya baca lagi dan saya merasa tersentuh. Artikel seperti ini :

Pada awalnya, saya berpikiran bahwa Tuhan adalah Tuhan. Seseorang yang di atas sana, melihat ke bumi, mencatat kesalahan-kesalahan orang (terutama kesalahan saya) untuk kemudian memutuskan apakah kelak waktu saya mati nanti, saya akan ke Surga atau ke neraka. Saya berpikir dia seperti seorang Boss besar atau Presiden di atas sana. Saya dapat melihat dan mengenali gambar-Nya di poster atau lukisan, tapi apakah saya mengenal Dia secara betul? Saya merasa tidak.

Ketika saya mulai mengenal Tuhan, saya mulai membayangkan hidup ini
sepertimengendarai sepeda. Susah tapi bisa saya lakukan.

Dan saya bisa membayangkanbahwa saya tidak mengendarai sepeda biasa melainkan
sepeda tandem.
Saya mulaibelajar menyadari bahwa Tuhan ada di belakang sadel membantuku untuk
mengayuhsepeda ini. Saya tidak tahu kapan, tetapi ada ketika, Ia menyuruh saya untuk
bertukaran tempat. Yang saya tahu jelas, hidup saya tidak pernah sama seperti yang dulu lagi.

Ketika saya berada di depan, saya mengenali jalan-jalannya. Sedikit membosankan tetapi saya tahu apa yang akan terjadi, mana jarak terdekat dari sini ke sana. Tetapi ketika Ia yang mengambil alih perjalanan, Dia mengambil perjalanan yang panjang tapi unik. Naik gunung, turun gunung, melewati lembah, melewati jalan berbatu-batu dan ini semua Ia lakukan dengan kecepatan yang cukup membuatku jantung saya berdebar kencang. Saya belajar pada saat itu, satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah berpegangan erat.

Ada kalanya, perjalanan ini benar-benar berat, membuat saya putus asa dan berpikir, " Wah gila. Saya tidak mungkin melakukannya." Dan saya berhenti mengayuh. Dia berkata, " Kayuh !"

Saya benar-benar khawatir. Dengan penuh ketakutan saya bertanya, " Kemana Engkau akan menbawa
saya pergi?" Dia hanya tertawa dan tidak menajwab pertanyaan saya. Di saat
seperti inilah saya belajar untuk percaya kepadaNya. Saya lupa akan
kehidupan lamasaya yang membosankan dan memasuki kehidupan yang penuh
dengan petualangan. Dan ketika saya berkata, " Saya takut." Dia menoleh
kepada saya dan menyentuh tangan saya dengan sangat lembut. Saya
memperoleh kasih, damai sejahtera dan perasaan bahwa saya diterima. Saya merasakan kegembiraan dan sukacita. Semuanya ini adalah hadiah yang saya
peroleh ketika saya berjalan bersama Tuhan. Dan kita terus berjalan.

Pada suatu ketika, Dia berkata" Berikan hadiah ini kepada orang lain. 
Hadiah2 ini adalah bagasi ekstra yang cukup berat." Saya pun melakukannya.
Saya memberikan kasih, damai sejahtera, sukacita kepada orang lain. Yang indah mengenai perihal "memberi" ini, ketika saya memberi,saya juga
mendapatkannya kembali. Yang berbeda adalah ketika saya menerima kembali,
beban ini tidak berat. Rasanya sangat ringan.

Lalu ada suatu kala saya capai dan tidak mempercayaiNya lagi. Saya ingin mengontrol kembali kehidupan saya. Saya pikir Dia akan marah kepada saya. Tetapi Dia tahu rahasia bersepeda. Tahu bagaimana cara untuk berbelok di tikungan-tikungan tajam, tahu jelas bagaimana cara meloncati jalan yang berbatu-batu, tahu bagaimana untuk terbang dan mendapatkan jalan pintas, bahkan tahu cara melewati jalan yang cukup menakutkan. Kembali saya belajar untuk tutup mulut dan mengayuh di jalan-jalan yang paling aneh sekalipun. Saya juga belajar untuk menikmati pemandangan dan angin sejuk yang berhembus di wajah saya ketika bersepeda bersama Tuhan.

Dan ketika saya tahu bahwa saya menyerah, capai dan tidak mau melakukannya lagi, Dia tersenyum dan berkata lembut,"Kayuh!"

***

Buat saya sendiri artikel ini sangat berkesan dan menyentuh. Yah saya pernah merasa capai dengan hidup, membosankan dan rasanya sia-sia.

Pernah suatu malam saya sudah matikan lampu dan ingin tidur, tiba-tiba terlintas dalam benak saya rasa yang benar-benar aneh. Rasa ingin hilang dari dunia dan tidak mempedulikan siapapun. Rasa ingin lenyap saja. Rasa capai akan kehidupan ini yang membosankan. Rasanya tidak tahu akan hidup ini, tidak mengerti untuk apa.

Hati saya ketika itu sangat tidak tenang dan saya hidupkan lampu kamar saya lagi. Apa yang sedang terjadi dengan saya? Mengapa timbul rasa seperti ini dalam diri saya? Sejenak saya berdiam dan seketika saya mulai meneteskan air mata.

Ternyata ini dikarenakan saya mulai menjauh dari-Nya... Yah terlintas betapa nakalnya saya di mata-Nya yang telah menjauh dari-Nya padahal Ia sudah begitu memperhatikan saya dan segala yang saya perlukan. Saya benar-benar merasa bersalah dan menyesal.

Dan sekarang saya tahu bahwa hidup saya berharga di mata-Nya, yah..sangat berharga... ^o^. I would be lost and so confused without Him. I wouldn't last a day and be afraid without Him. Lord, You know it's impossible for me to live without You. My life is now worth while...


0 komentar: to “ Hidup Seperti Naik Sepeda so far...